Kamis, 30 Juni 2011

Jangan mau diatur tingkah orang lain

Jika Allah suka lakukan, jika Allah tidak suka tinggalkan,
Alkisah suatu hari, ada seorang pedagang di sebuah pasar, datanglah seorang pembeli kepadanya, dan terjadilah dialog sebagai berikut:
Pembeli (Pb): “ini harganya berapa bang?” (dengan muka senyum dan ramah)
Penjual (Pj)  : “tuh gak liat ya, kan udah ditulis disitu, baca aja sendiri?” (dengan muka sinis dan sangat menyebalkan)
Pb           : “eh,  Loe jadi penjual kok gitu, gak sopan amat ?” (dengan muka semakin sinis)
Pj            : “suka suka gue donk, dagangan-dagangan gue,apa urusan loe?”
Pb           : “gak mau gue beli dagangannya?”        
Pj            : “gak beli juga gak papa, terserah loe”
Pb           : “dasar pedagang error”
Pj            : “biarin, terserah gue”
Hmm, lalu sang pembeli menyingkir dari tempat tersebut dan datanglah pembeli ke 2:
Pb           : “ini harganya berapa bang?” (dengan muka rapah dan tersenyum)
Pj            : “gak liat ya, itu ka nada tulisannya?” (dengan muka sinis)
Pb           : “oh iya gak liat bang, maaf maaf” (dengan masih tersenyum manis)
Pj            : “maaf maaf, emang mau beli?” (dengan muka sinis)
Pb           : “iya bang, beli 1 kilo ya?” (Dengan tersenyum manis)
Pj            : “yah, Cuma mau beli sekilo doank” (dengan nada sebel)
Pb           : “iya nih bang, rejekinya baru bisa beli sekilo dulu, he” (dengan tetap tersenyum)
Pj            : “nih,”
Pb           : “makasih bang” (dengan muka yang sangat ramah dan menyenangkan
Dan kemudian sang pembeli pertama bertanya kepada pembeli kedua,
Pb1        : “kok bisa sih, pedagang rese gitu, malah senyum senyum n beli disana”
Pb2        : “ah, saya gak mau tingkah saya bergantung dan di atur oleh perbuatan orang lain, biarkan saja orang lain sebel sama saya, sinis sama saya yang penting saya tetap ramah, kalo misalnya orang sinis kita ikut sinis, kalo orang marah kita ikut marah, itu kan namanya kita diatur oleh perbuatan orang lain, saya gak mau seperti itu, biarlah Allah yang mengatur perbuatan dan tingkah saya, karena Allah meminta saya berbuat baik kepada orang lain, berarti saya harus melakukannya”

MMQ, 27 Juni 2011

Kamis, 23 Juni 2011

manajemen keuangan keluarga

Bismillah
Mencoba menuliskan hasil tasqif tanggal 12 Juni 2011, meski belum berkeluarga, tapi ini cukup penting untuk mengatur keuangan kita yang sudah berpenghasilan,
MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA
Harta adalah amanah Allah, yang kita tidak punya kekuasaan seluas-luasnya untuk menghabiskannya, sesedikit apapun harta yang ktia punya akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah... jadi yang penting bukan bagaimana menghabiskan harta kita tapi bagaimana meningkatkan keberkahan atas harta kita.
Rumah tangga muslim adalah rumah tangga yang dibangun berlandaskan syariat islam, ada nilai keimanan, akhlak yang baik, keutamaan yang mulia,
Sebab-sebab perselisihan yang iasanya terjadi dalam rumah tangga antara lain:
*lemahnya hubungan dengan Allah, yang perlu di ingat, kita sama sama mempertanggungjawabkan kepada Allah atas seluruh amalan-amalan kita,
*tekanan kebutuhan dan kekurangan, hmm... kita harus bisa menggeser antara keinginan dan kebutuhan ...
*keinginan melipatgandakan harta tanpa perhitungan yang matang,
*lemahnya kepercayaan suami istri
*Kurangnya ilmu manajerial
Pengelolaan Anggaran Rumah Tangga:
*menjadi manajer hebat, segala sesuatu tanpa ilmu adalah buta, kita harus banyak belajar dari pengalaman orang.
*mengektifkan harta, semua yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawabannya, harta kita adalah pinjaman, jadi fikirkan bagaimana meningkatkan keberkahan atas harta itu
*tidak konsumtif, harus punya program, dan membiasakan anak tidak konsumtif, misalnya ketika kita pergi belanja dengan anak kita, sebelum belanja tulis apa yang akan kita beli, (kalo Cuma di awang-awang, nanti niatnya Cuma beli sabun sama sikat gigi malah jadi pengen beli nutrijel, perabotan dan yang lain) jadi harus bisa membedakan mana yang benar2 kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan, harus bisa NGEREM, dan kalo kita ngajak anak2 belanja, pesankan kepada anak misalnya “kakak, nanti di supermarket jatah belanja kakak 2000 ya, terserah kakak mau beli apa aja, tapi harganya maksimal 2000” dengan seperti itu mudah2an anak tidak berkeinginan membeli banyak hal yang tidak penting, dan kalo ini sudah dibiasakan nantinya akan melekat pada diri anak, (yang dicontohkan di keluarga sang pembicara, jika pekan ini sang anak membeli sesuatu senilai 1800, pekan depan akan ditagih yang 200, “bunda karena pekan kemarin kakak belinya Cuma 1800 berarti masih ada 200, jadi pekan ini 2200 ya”, atau jika anak berkeinginan membeli sesuatu seharga lebih dari 2000, ia akan berucap “bunda kakak mau beli ini tapi harga nya 2300, nanti yang 300 kakak bayar di rumah ya bunda”.... hmmm..
*menghindari hutang
*disiplin dalam pengeluaran
*dukungan semua anggota keluarga
Prinsip yang perlu dipegang : pengeluaran rutin hanya di biayai pemasukan tetap
Untuk bisa berani mengambil resiko besar kita harus punya program yang detail, karena seringkali kita hanya bangun saat kepepet,
Aturan dalam pengelolaan perekonomian keluarga:
*suami bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya ,Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.(Qs Anisa:34)
*istri wajib menangani urusan rumah tangga
*mencari usaha yang halal dan baik
*bekerja sesuai dengan batas kemampuan
*melatih anak mengelola uang
Hal-hal yang harus diperhatikan:
*membiasakan menabung (di awal gajian)
*mendahulukan infak
*hati-hati terhadap hutang
*atur pengeluaran
*bedakan kebutuhan dan keinginan
*sediakan dana darurat
*persiapan dana untuk kebutuhan yang akan datang

Misalnya, sebagai contoh, saat gajian, sisihkan 5% misalnya untuk zakat, infak , sedekah (dana ini gak boleh dipinjem untuk yang lain),
Kemudian sediakan dana pelapis , yaitu dana cadangan untuk kondisi darurat misalnya 5 % juga
Setelah itu bikin 4 POS pengeluaran, yaitu logistik, rohani, sekunder, dan tersier
Pos Logistik, adalah kebutuhan pokok sehari-hair kita, misalnya sandang, pangan, papan
Pos Rohani, adalah dana untuk keluarga kita, untuk ummat, untuk haji
Pos Sekunder, misalnya untuk masa depan, seperti sekolah, asuransi, rekreasi.
Pos tersier, misalnya untuk investasi
Mengenai bagian dari pos pos itu disusun berdsarkan musyawarah, dan dalam penyusunan harus realistis dengan kemampuan, dengan prinsip anggaran seimbang dalam posnya, fleksibel dalam pelaksanaannya
*saya tidak mengikuti hingga akhir acara karena harus “ngejar” kereta ke bogor hari itu ...
Silahkan menambahkan, semoga bermanfaat




oleh-oleh diklat


Bismillah,
bengawan, 18juni2011
*beberapa jam lg seorg saudariku menggenapkan separuh agamany

mencoba menuliskan oleh2 diklat 2 pekan ini 
6-11 juni 2011 diklat tata naskah dinas di pancoran
13-17 juni 2011 diklat penyegaran pengadaan brg dan jasa

tp maaf bukan materi itu yg ingin saya tls disini, silahkan bg yg mbthkan materi diklat bisa tuliskan alamat emailnya nanti saya kirim via email,

pekan pertama, cukup byk anak muda pesertanya, bhkan tman seangkatan sayapun ada, tp tetap saja saya yg plg kecil, 2 hari terakhir saya dklmpkn dg seorg ibu yg udh ckup sepuh,jadi dapat banyak wejangan hidup, salah satu contohnya tentang masalah penempatan, jika kita (saya) dan suami berjauhan, ternyata ada cara, tips n triknya biar bareng bareng.... karena kebetulan calon suami teman dekat saya yang ikut diklat bareng penempatan nun jauh di indonesia timur, sdgkan ia di jakarta, jd lumayan dapet pencerahan.

pekan kedua, saya mgkn salah masuk diklat, karena judul diklatnya "penyegaran PBJ" dan persyaratan pesertany "pejabat atw pelaksana yg sdh mpy sertifikat PBJ" jadilah saya mjd yg plg kecil di antara bpk2 n ibu2 pejabat,
dan 4 hari itu saya 1 asrama dg 3 org ibu2 peserta diklat, jadilah saya mendapat banyak wejangan mengenai anak-anak, menjadi istri dan ibu yang baik, plus tips belajar memasak, dan tips menjaga makanan
beberapa nasehat yg saya dpt dr mereka (*mungkin dialognya lupa lupa inget tapi intinya ya tentang ini):
* "saya sdh tbiasa bgun jam 3, shalat trus nyiapin kbthn anak2, jd kalo anak2 bgun smw udah beres" -bu dani, dja- hmm manajemen waktu ibu bekerja, beliau memasak n myiapkan sgalany sendiri d awal pagi, jadi saat anak-anak bangun semua udah siap n beres, saat kita berangkat kerja bisa tenang, apalagi rumah beliau di tangerang jadi harus berangkat pagi2 (*lebih pagi dari saya yang tinggal di senen), hmm yang penting tetap Allah yang utama di awal pagi, yups QL dulu baru menjalankan ibadah lainnya (menyiapkan kebutuhan anak n suami)

*"anak2 saya ajarkan mandiri sjak kecil, jd saya gak mpy pgasuh utk mreka, kecuali pas msh bayi dulu, skrg 2 anak saya duduk di SD n mreka bs btgungjwb, memberikan pemahaman k mreka bgmn cr btgjwb misalnya dengan bilang "kakak tau kan ibu kerja, jd kalo siang gak bs bantu kakak belajar, jd kakak belajarny mau gmn" dan anaknypun mjawb "nanti belajar sendiri, trus kalo nanti ada yg ga bs tanya ke sekolah,atw k bunda pas bunda drumah" mengajarkan mereka bertanggungjawab atas setiap tugas yang ia miliki sehingga tidak tergantung pada kita.
*mgajarkan anak2 bukan dg menakut nakuti mereka, tp menjelaskan kpd mereka apa yg akan tjd dr stiap tindakan mreka, misal saat sang anak sdg lari2 di tangga, ibu sharusny tdk usah mgatakan "jangan, nanti jatuh" sambil memasang muka serem tp katakanlah, "kakak, kalo kakak lari2 dtangga nanti kalo gak hati2 bs jatuh, kalo jatuh itu nanti sakit lho," dg seperti itu anak akan tau apa akibat dr perbuatan yg ia lakukan n ia akan bfikir utk mlanjtkan tindakany atw tidak, dan fahamkan ia sendirilah yg akan menanggung risiko stiap pbuatany, jadi biarkan ia memilih dengan terus kita pantau dah kita arahkan ...
*karena hampir setiap masakan yang kita makan ibu itu selalu berkomentar, “ini kurang ***, ini rasanya pas, ini bla bla bla” kemudian saya bertanya :
Peni (P)             : ibu, kapan mulai bisa masak ?
Ibu dani (B)       : hmm, pas habis nikah...
P          : kok bisa bu ... terus belajarnya dari mana ?
B          : sebelumnya  gak bisa masak sama sekali, belajarnya dari internet, kalo suami pengen apa, nanti saya cari resepnya di internet atau buku, nanti saya bikinkan n suami yang nyicip n nilai, nanti kalo kurang apa tinggal di tambah,
P          : o o o
Hmm, memasak insyaAllah bisa dipelajari kok, yang penting rajin belajar n praktek... (*smg bisa)
*kalo tentang menu makanan, katanya jangan makan telur sehari 2 kali, kalo mau makan putih telurnya aja, kuning telur banyak mengandung koleserol.
*makan buah bukan setelah makan ya , 

smg bermanfaat ...

Rabu, 01 Juni 2011

just do it (jika itu kebaikan)

Suatu hari di awal pertemuan sebuah kelas di ma’had bahasa  arab
“ayo Ummah Dewi, kata yang  nomor 3″  perintah sang ustadz ketika meminta sang murid menjawab soal nomor tiga,  yaitu menjabarkan 1 kata dalam bahasa arab ke dalam 3  jenis kata kerja dalam  14 subyek.
“haduh afwan ustadz, saya 1 bagian saja ya, yang dua belum hafal” jawab Ummah Dewi
“ayo ummah, di coba dulu saja, nanti kan kita bantu, iya nggak ?” kata sang ustadz sambil melirik ke arah murid yang lain.
dan alhamdulillah meski dengan sedikit  terbata-bata dan beberapa kali bantuan,  Ummah Dewi menyelesaikan hafalanya
Ummah Dewi, seorang insinyur, murid yang paling  tua umurnya di kelas itu, tapi semangat belajarnya luar biasa, bahkan anak kecilnya yang baru menginjak bangku SD pun sudah diikutkan ma’had bahasa arab di kelas ikhwan.
berangkat dari kejadian tersebut, sang ustadz bercerita,
Dahulu kala,  ada seorang petani yang sedang membajak sawahnya, tapi setiap kali membajak sawah mata bajaknnya selalu patah karena terpantuk batu yg tertancap di tanah,
tapi sang petani membiarkan saja karena berfikir batu yang membuat mata bajaknnya PATAH pastilah sebuah batu yang besar dan menancap di tanah begitu dalam sehingga sulit di angkat jika hanya menggunakan kedua tangannya. Hingga sampai di suatu hari, setelah ratusan mata bajaknya patah, akhirnya sang petani memutuskan untk mengangkat batu tersebut. Dengan peralatan yang super lengkap a.k.a linggis sebagai persiapannya dan tenaga super ekstra dengan membayangkan batu besar yang akan ia angkat dari timbunan tanah sawahnya, sang petani bersemangat sekali menuju sawahnya.
Tapi tahukah apa yang terjadi ?
Saat sang petani baru saja mulai menggali di sekitar area batu tersebut, ternyata oh ternyata batu besar itu hanya menempel di tanah beberapa cm sehingga dapat dengan mudah di angkat dengan kedua tangannya. Hmm, seandainya petani tersebut menggalinya sejak pertama mata bajaknya patah, tentu tidak akan banyak mata bajak yang berguguran, dan itu akan mempermudah pekerjaannya.
Sebuah hikmah singkat dari cerita singkat tersebut, di kaitkan dengan kejadian di kelas itu hari itu, bahwa setiap masalah yang kita hadapi akan menjadi terlihat sangat berat jika ia hanya tertanam dalam fikiran kita, tapi ternyata ketika engkau mulai melakukannya dan mencari solusi atas permasalahan tersebut, sesuatu yang seolah olah berat ternyata hanya hal kecil. Jadi, ketika kita menghadapi masalah, jangan hanya menampungnya dalam fikiran kita dan enggan mencari solusi, tapi segeralah fikirkan solusi terbaik dan LAKUKANLAH.
LAKUKANLAH,  Lakukan saja karena selalu ada “tempat” untuk perbaikan,
Disini (ma’had bahasa arab) adalah tempatnya orang bersalah, tapi orang bersalah (dalam belajar) disini tidak berdosa, karena ia sedang belajar bahasa agar ia  bisa memahami Alqur’an,  jadi jika diniatkan ikhlas karena Allah insyaAllah berpahala, jadi jangan takut SALAH, lakukan saja dan UCAPKAN,
Dan pesan sang ustadz untuk murid murid hari itu yang mulai pusing belajar bahasa arab hari itu “kalian pusing bukan karena pelajaran bahasa arab ini, tapi karena kalian memikirkan pelajaran ini sebagai sesuatu yang berat dan sulit, ingatkah kita saat kita duduk di bangku Sekolah Dasar, pernahkah kita pusing memikirkan pelajaran? Tidak kan ? karena anak SD tidak memikirkan pelajaran, tapi mereka langsung melakukan solusi yaitu BELAJAR”
“Jangan melihat tingginya bangunan yang akan kalian naiki, karena engkau akan takut karena tidak bisa mencapainya,  tapi langkahkan saja kakimu dalam menaiki tangga tangga itu, suatu saat engkau akan mencapai puncak bangunan jika engkau istiqomah”
Mungkin ada banyak cara yang yang ditawarkan para ahli untuk mengatasi rasa malas. Tetapi salah satu cara yang efektif adalah : “Lakukan Saja! dan jangan menunda!”. Resep ini terdapat dalam QS At Taubah : 41 “Berangkatlah kamu baik dalam kedaan ringan atau berat dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. Artinya segera lakukan, jangan menunda dan jangan mencari alasan, apapun alasannya. Sebab sebagian besar alasan adalah alasan yang dicari-cari. Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Sesungguhnya kalau Anda menunda pekerjaan, maka alasan ketakutan akan kegagalan pekerjaan tersebut akan semakin besar daripada Anda melakukan pekerjaan itu sekarang juga!”
so.. Just do it
talk less do more

gak perlu di hafal cukup banyak dibaca nanti akan lebih tertanam dalam otak kita.
Lakukan saja karena selalu ada “tempat” untuk perbaikan,