Jika Allah suka lakukan, jika Allah tidak suka tinggalkan,
Alkisah suatu hari, ada seorang pedagang di sebuah pasar, datanglah seorang pembeli kepadanya, dan terjadilah dialog sebagai berikut:
Pembeli (Pb): “ini harganya berapa bang?” (dengan muka senyum dan ramah)
Penjual (Pj) : “tuh gak liat ya, kan udah ditulis disitu, baca aja sendiri?” (dengan muka sinis dan sangat menyebalkan)
Pb : “eh, Loe jadi penjual kok gitu, gak sopan amat ?” (dengan muka semakin sinis)
Pj : “suka suka gue donk, dagangan-dagangan gue,apa urusan loe?”
Pb : “gak mau gue beli dagangannya?”
Pj : “gak beli juga gak papa, terserah loe”
Pb : “dasar pedagang error”
Pj : “biarin, terserah gue”
Hmm, lalu sang pembeli menyingkir dari tempat tersebut dan datanglah pembeli ke 2:
Pb : “ini harganya berapa bang?” (dengan muka rapah dan tersenyum)
Pj : “gak liat ya, itu ka nada tulisannya?” (dengan muka sinis)
Pb : “oh iya gak liat bang, maaf maaf” (dengan masih tersenyum manis)
Pj : “maaf maaf, emang mau beli?” (dengan muka sinis)
Pb : “iya bang, beli 1 kilo ya?” (Dengan tersenyum manis)
Pj : “yah, Cuma mau beli sekilo doank” (dengan nada sebel)
Pb : “iya nih bang, rejekinya baru bisa beli sekilo dulu, he” (dengan tetap tersenyum)
Pj : “nih,”
Pb : “makasih bang” (dengan muka yang sangat ramah dan menyenangkan
Dan kemudian sang pembeli pertama bertanya kepada pembeli kedua,
Pb1 : “kok bisa sih, pedagang rese gitu, malah senyum senyum n beli disana”
Pb2 : “ah, saya gak mau tingkah saya bergantung dan di atur oleh perbuatan orang lain, biarkan saja orang lain sebel sama saya, sinis sama saya yang penting saya tetap ramah, kalo misalnya orang sinis kita ikut sinis, kalo orang marah kita ikut marah, itu kan namanya kita diatur oleh perbuatan orang lain, saya gak mau seperti itu, biarlah Allah yang mengatur perbuatan dan tingkah saya, karena Allah meminta saya berbuat baik kepada orang lain, berarti saya harus melakukannya”
MMQ, 27 Juni 2011
0 komentar:
Posting Komentar