Suatu hari di awal pertemuan sebuah kelas di ma’had bahasa arab
“ayo Ummah Dewi, kata yang nomor 3″ perintah sang ustadz ketika meminta sang murid menjawab soal nomor tiga, yaitu menjabarkan 1 kata dalam bahasa arab ke dalam 3 jenis kata kerja dalam 14 subyek.
“haduh afwan ustadz, saya 1 bagian saja ya, yang dua belum hafal” jawab Ummah Dewi
“ayo ummah, di coba dulu saja, nanti kan kita bantu, iya nggak ?” kata sang ustadz sambil melirik ke arah murid yang lain.
“haduh afwan ustadz, saya 1 bagian saja ya, yang dua belum hafal” jawab Ummah Dewi
“ayo ummah, di coba dulu saja, nanti kan kita bantu, iya nggak ?” kata sang ustadz sambil melirik ke arah murid yang lain.
dan alhamdulillah meski dengan sedikit terbata-bata dan beberapa kali bantuan, Ummah Dewi menyelesaikan hafalanya
Ummah Dewi, seorang insinyur, murid yang paling tua umurnya di kelas itu, tapi semangat belajarnya luar biasa, bahkan anak kecilnya yang baru menginjak bangku SD pun sudah diikutkan ma’had bahasa arab di kelas ikhwan.
berangkat dari kejadian tersebut, sang ustadz bercerita,
Dahulu kala, ada seorang petani yang sedang membajak sawahnya, tapi setiap kali membajak sawah mata bajaknnya selalu patah karena terpantuk batu yg tertancap di tanah,
tapi sang petani membiarkan saja karena berfikir batu yang membuat mata bajaknnya PATAH pastilah sebuah batu yang besar dan menancap di tanah begitu dalam sehingga sulit di angkat jika hanya menggunakan kedua tangannya. Hingga sampai di suatu hari, setelah ratusan mata bajaknya patah, akhirnya sang petani memutuskan untk mengangkat batu tersebut. Dengan peralatan yang super lengkap a.k.a linggis sebagai persiapannya dan tenaga super ekstra dengan membayangkan batu besar yang akan ia angkat dari timbunan tanah sawahnya, sang petani bersemangat sekali menuju sawahnya.
tapi sang petani membiarkan saja karena berfikir batu yang membuat mata bajaknnya PATAH pastilah sebuah batu yang besar dan menancap di tanah begitu dalam sehingga sulit di angkat jika hanya menggunakan kedua tangannya. Hingga sampai di suatu hari, setelah ratusan mata bajaknya patah, akhirnya sang petani memutuskan untk mengangkat batu tersebut. Dengan peralatan yang super lengkap a.k.a linggis sebagai persiapannya dan tenaga super ekstra dengan membayangkan batu besar yang akan ia angkat dari timbunan tanah sawahnya, sang petani bersemangat sekali menuju sawahnya.
Tapi tahukah apa yang terjadi ?
Saat sang petani baru saja mulai menggali di sekitar area batu tersebut, ternyata oh ternyata batu besar itu hanya menempel di tanah beberapa cm sehingga dapat dengan mudah di angkat dengan kedua tangannya. Hmm, seandainya petani tersebut menggalinya sejak pertama mata bajaknya patah, tentu tidak akan banyak mata bajak yang berguguran, dan itu akan mempermudah pekerjaannya.
Sebuah hikmah singkat dari cerita singkat tersebut, di kaitkan dengan kejadian di kelas itu hari itu, bahwa setiap masalah yang kita hadapi akan menjadi terlihat sangat berat jika ia hanya tertanam dalam fikiran kita, tapi ternyata ketika engkau mulai melakukannya dan mencari solusi atas permasalahan tersebut, sesuatu yang seolah olah berat ternyata hanya hal kecil. Jadi, ketika kita menghadapi masalah, jangan hanya menampungnya dalam fikiran kita dan enggan mencari solusi, tapi segeralah fikirkan solusi terbaik dan LAKUKANLAH.
LAKUKANLAH, Lakukan saja karena selalu ada “tempat” untuk perbaikan,
Disini (ma’had bahasa arab) adalah tempatnya orang bersalah, tapi orang bersalah (dalam belajar) disini tidak berdosa, karena ia sedang belajar bahasa agar ia bisa memahami Alqur’an, jadi jika diniatkan ikhlas karena Allah insyaAllah berpahala, jadi jangan takut SALAH, lakukan saja dan UCAPKAN,
Dan pesan sang ustadz untuk murid murid hari itu yang mulai pusing belajar bahasa arab hari itu “kalian pusing bukan karena pelajaran bahasa arab ini, tapi karena kalian memikirkan pelajaran ini sebagai sesuatu yang berat dan sulit, ingatkah kita saat kita duduk di bangku Sekolah Dasar, pernahkah kita pusing memikirkan pelajaran? Tidak kan ? karena anak SD tidak memikirkan pelajaran, tapi mereka langsung melakukan solusi yaitu BELAJAR”
“Jangan melihat tingginya bangunan yang akan kalian naiki, karena engkau akan takut karena tidak bisa mencapainya, tapi langkahkan saja kakimu dalam menaiki tangga tangga itu, suatu saat engkau akan mencapai puncak bangunan jika engkau istiqomah”
“Jangan melihat tingginya bangunan yang akan kalian naiki, karena engkau akan takut karena tidak bisa mencapainya, tapi langkahkan saja kakimu dalam menaiki tangga tangga itu, suatu saat engkau akan mencapai puncak bangunan jika engkau istiqomah”
Mungkin ada banyak cara yang yang ditawarkan para ahli untuk mengatasi rasa malas. Tetapi salah satu cara yang efektif adalah : “Lakukan Saja! dan jangan menunda!”. Resep ini terdapat dalam QS At Taubah : 41 “Berangkatlah kamu baik dalam kedaan ringan atau berat dan berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui“. Artinya segera lakukan, jangan menunda dan jangan mencari alasan, apapun alasannya. Sebab sebagian besar alasan adalah alasan yang dicari-cari. Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Sesungguhnya kalau Anda menunda pekerjaan, maka alasan ketakutan akan kegagalan pekerjaan tersebut akan semakin besar daripada Anda melakukan pekerjaan itu sekarang juga!”
so.. Just do it
talk less do more
gak perlu di hafal cukup banyak dibaca nanti akan lebih tertanam dalam otak kita.
talk less do more
gak perlu di hafal cukup banyak dibaca nanti akan lebih tertanam dalam otak kita.
Lakukan saja karena selalu ada “tempat” untuk perbaikan,
0 komentar:
Posting Komentar