Bismillah
Dari kejadian jum’at malam itu cukup banyak hikmah yang saya petik, dan saya menganggap ini sebagai teguran dari Allah untuk diri saya atas kelalaian kelalaian saya selama ini,
Tapi baru disadari ada yang tersisa, satu hal buruk yang ingin segera saya hilangkan,
Hampir setiap orang yang menanyakan rinci kejadiannya jum’at malam itu, setelah saya ceritakan mereka merespon antara lain
“untung gak jatuh kamu pen”
“syukur gak jatuh”
“alhamdulillah gak kenapa kenapa kamu pen”
Yups respon positif, seperti respon kedua saya malam itu, ketika teman di belakang saya panik dengan hilangnya tas itu, saya justru bersyukur karena tidak terjadi kecelakaan motor, karena memang pandangan mata saya tiba tiba tertuju pada laki laki berbaju kuning itu dan tanpa melihat kiri kanan nyebrang,
“Alhamdulillah, saya beruntung” itu yang saya ucapkan kedua,
Tapi kejadian malam itu membuka ingatan saya atas kejadian di kelas 2 SMK beberapa tahun lalu, yang membuat saya menginap di rumah sakit dan untuk berjalan harus di tuntun oleh ibu, dan membuat seorang teman saya yang membonceng motor saya kala itu MARAH pada diri saya selama sekitar 2 bulan, bahkan ketika saya berkali kali datang kerumahnyapun tidak ada senyum darinya, meski ada hadits ini :
Dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda, Janganlah kalian saling membenci, jangan saling mendengki, dan janganlah saling membelakangi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam (hari) (HR al-Bukhari)
Ataupun dengan kejadian ketika awal hendak DINAMIKA awal masuk kampus STAN dulu, ketika hendak membuat peta STAN di rumah seorang teman, dan tak sengaja motor yang kunaiki menyentuh sepeda milik seorang bapak, meski tidak ada yang terluka berat, tp panjangnya urusan saudara saya (yang saya telp saat itu, dengan sang bapak membuat rasa bersalah saya makin mendalam)
Pun dengan kejadian kejadian lain yang pernah menimpa diri saya, dan mungkin tidak kalian ketahui.
Hmmm, menjadi orang yang paling bodoh mungkin ketika rasa ini kembali ada, rasa takut, rasa bersalah, rasa tanggung jawab besar yang harus dipikul,
Mungkin seperti saya yang masih secara otomatis mebalik posisi setrika ketika menyeterika baju, karena pernah tersengat listriknya beberapa tahun lalu, meski sudah berusaha normal saat memulai menyeterika, tapi di tengah tengah akan secara otomatis membalik posisi setrika,
Seharusnya kejadian ini tidak sama dengan seseorang yang pernah mengalami kejadian kompor meledak, sehingga harus meng sms suaminya “mas, pulang dong. Icha mau masak, tolong nyalain kompor dooong …” ketika akan memasak.
Seharusnya kejadian ini tidak sama dengan kejadian seseorang yang sangat takut terhadap hewan lucu dan cantik bernama “SAPI” ketika masa kecilnya ia pernah di kejar sapi hingga masuk kamarnya dan hamppir di terkamnya,
Seahrusnya tidak sama dan seharusnya saya tidak menjadi seketika penakut, ketika seseorang meminta “pen, hari ini ikut bonceng ya”
Dan semoga ini akan hilang dengan segera, dan rasa ini tidak menyakiti siapapun...
Puncak kebijaksanaan ialah takut kepada Allah. Sebaik-baik yang tertanam dalam hati adalah keyakinan. Keragu-raguan (dalam beriman) termasuk kekufuran. Kepemudaan termasuk kelompok kegilaan (radikal). Orang bahagia adalah yang dapat mengambil pelajaran dari (peristiwa) orang lain, dan orang yang sengsara ialah yang sengsara sejak dalam kandungan ibunya. Tiap perkara yang akan datang adalah dekat. (HR. Al-Baihaqi)
Dan yang tersisa semoga hanya kebaikan,
kucingkumanis.blogspot.com